Apa itu JS Portfolio?

SAHAM, INSTRUMEN INVESTASI TERBAIK

Apakah Anda termasuk 147 Juta dari 150 Juta yang saat ini sudah memiliki rekening di perbankan – tetapi masih belum mengalokasikan dananya untuk berinvestasi di pasar modal?
Jika jawabannya iya, berarti Anda selama ini mengabaikan kesempatan baik yang ditawarkan pasar modal. Berbagai studi menunjukan, bahwa saham merupakan instrument investasi dengan hasil terbaik. Perhatikan gambar kenaikan IHSG dalam periode 2000 – 2020 di atas.

IHSG naik 1,337%, dari angka 416 menjadi 5,979. Atau naik rata-rata 14.26 % per-tahun. Dana 100 Juta berubah menjadi 1.43 Milyar. Angka ini sudah termasuk adanya koreksi pasar karena Covid di tahun 2020. Jika dana 100 Juta ini disimpan sebagai deposito, dan hasil bunganya dimasukan lagi sebagai deposito, dengan bunga 5%, dana 100 Juta ini dalam 20 tahun, akan menjadi 265 Juta. Atau sekitar 18.50% dari hasil investasi di pasar modal. Mereka yang mengabaikan kesempatan yang ditawarkan pasar modal, telah membuang extra pendapatan 81.50% dari setiap dananya.

Di dalam 20 tahun (2000-2020), GDP Indonesia meningkat 511%. Kue perekonomian kita naik 511%. Namun Nilai Kapitalisasi Pasar Modal, yaitu kue yang dinikmati oleh mereka yang berinvestasi di pasar modal, dalam periode yang sama naik lebih tinggi, 2,585%. Di tahun 2000, Nilai Kapitalisasi Pasar Modal Indonesia setara 15.1% angka GDP. Pada tahun 2020, Nilai Kapitalisasi Pasar Modal ini sudah setara 45.4%. Artinya, mereka yang berinvestasi di pasar modal dapat menikmati kenaikan 300% dari peningkatan GDP dalam 20 tahun ini.

Dengan jumlah rekening di perbankan sebesar 150 juta, saat ini hanya ada sekitar 3 juta rekening investor di pasar modal. Informasi ini dapat menunjukan kepada kita, bahwa rendahnya partisipasi masyarakat kita di pasar modal, bukan karena tidak memiliki dana, tetapi mungkin lebih disebabkan oleh belum meratanya pemahaman tentang soal ini. Untuk sebagian, hal ini yang mendorong saya pada 6 tahun terakhir ini, berbagi pemikiran tentang investasi di pasar modal.

Apa itu JS Portfolio?

Terjadinya koreksi besar yang disebabkan oleh Covid, mendorong saya untuk meluncurkan JSPortfolio pada tanggal 13 Mei 2020. Seperti yang sudah saya posting di Instagram, koreksi besar Covid itu setara dengan 2 koreksi besar IHSG dalam 25 tahun terakhir ini, yaitu saat krisis Asia tahun 1998 dan krisis keuangan Amerika tahun 2008.

Krisis Asia menawarkan Buying Opportunity of a Life Time No.1. Kita menyaksikan, IHSG mencatat kenaikan besar setelah krisis itu berlalu. IHSG melonjak 560% dari 398 (1998) ke 2,745 di tahun 2007.

Krisis keuangan tahun 2008, juga menawarkan Buying Opportunity of a Life Time No. 2. IHSG naik 365% setelah kondisi perekonomian kita kembali pulih, dari angka 1,355 (2008) ke 6,299 di tahun 2019.

Covid telah menjadikan IHSG anjlok ke 3,938 pada bulan Maret 2020. Koreksi Covid ini, seperti diposting di IG saat itu menawarkan Buying Opportunity of a Life Time No.3. Saat ini, perekonomian masih belum sepenuhnya pulih. Sekitar 16 bulan setelah titik nadir IHSG tersentuh, IHSG sudah naik 55%.

Sudah merupakan kebiasaan saya, untuk menulis catatan berupa thesis investasi setiap saya melakukan pembelian sebuah saham. Catatan itu paling tidak, harus bisa menjawab pertanyaan : Mengapa saya membeli saham tersebut, dan mengapa membelinya di harga itu.

Inilah ide dasar dari JSPortfolio. Karena saya sendiri memang menulis catatan setiap melakukan pembelian saham, saya memutuskan untuk sharing catatan itu dengan investor yang lainnya. Meskipun, kalau saya harus sharing catatan itu dengan yang lain, tentu catatan itu harus saya buat lebih rapih. Tidak seperti catatan yang hanya dikonsumsi sendiri.