By Thomas William
orang yang mengeluh ketika mencoba mengambil jalan sebagai seorang investor di pasar saham. Mereka mungkin sudah merasa membeli sebuah saham dengan fundamental yang bagus tetapi harganya tidak kunjung naik malah turun. Mungkin mereka juga sudah membeli saham asset play tetapi harga tidak kunjung naik.
Malah yang membuat mereka tidak habis pikir adalah saham dengan fundamental dan valuasi yang berantakan justru harganya meroket tinggi dalam durasi waktu yang singkat.
Hal ini membuat banyak orang yang mencoba terjun sebagai value investor menjadi frustasi dan menganggap value investing adalah sebuah ilmu yang sudah tidak relevan dijaman saat ini.
Jika anda adalah orang yang merasa memiliki perasaan senasib dengan pembahasan diatas, maka sebelum anda menyerah saya akan menjelaskan factor yang menjadi penggerak harga saham.
Sebenarnya ada tiga faktor penggerak harga saham:
- Pertumbuhan Riil (kenaikan laba dan dividend perusahaan)
- Pertumbuhan Inflasioner
- Pertumbuhan Spekulatif
Pertumbuhan Riil
Pertumbuhan riil yang dimaksud adalah pertumbuhan kinerja perusahaan baik itu laba yang dihasilkan ataupun dividend yang diberikan kepada investornya.
Apakah ada investor yang tidak suka jika perusahaannya menghasilkan laba ataupun dividend yang lebih besar setiap tahunnya? Saya rasa tidak ada, kalaupun ada pastinya itu bukanlah saya.
Investasi saham sebenarnya adalah tentang kepemilikan suatu perusahaan. Tentu saja sebagai pemilik perusahaan, kita pastinya ingin perusahaan yang kita investasikan bisa terus menghasilkan laba bersih dan juga dividend yang meningkat terus menerus.
Jika anda tidak percaya, saya akan memberikan cerita bagaimana saya berhasil membaptis dua orang trader garis keras yang akhirnya mau mulai belajar value investing. Saya memberikan stock pick kepada mereka saham apa yang besok akan naik tanpa saya melihat chart sama sekali.
A. Peningkatan harga SMDR pada 3 May 2021
Untuk membuka mata sang trader betapa pentingnya kinerja riil, maka saya mencoba menggoda dia dengan SMDR. SMDR menerbitkan laporan keuangan Q1 2021 pada tanggal 1 May 2021 jam 10:53:09. Anda dapat lihat di situs idx.co.id pada bagian laporan keuangan dan tahunan.
Pada Q1 2021, SMDR berhasil meningkatkan laba dari 1.9 juta USD menjadi 20.7 juta USD. Sebuah peningkatan 9.89X lipat. Sebuah pencatatan yang sungguh fantastis. Perlu dicatat pula SMDR berhasil meningkatkan CFO (Cash Flow from Operations) dari 1.5 juta USD menjadi 22.5 juta USD. Sebuah peningkatan CFO 14X lipat. Pencapaian sungguh luar biasa.
Maka pada tanggal 2 May 2021, saya memberitahu sang trader tersebut bahwa SMDR akan ARA pada hari perdagangan berikutnya. Saya menjelaskan data – data diatas dengan lebih detail lagi kepada teman saya. Tentu saja teman trader saya bilang, mau sebagus apapun kinerja saham percuma saja jika tidak ada bandar yang naikin. Sebuah penolakan yang merupakan ciri khas trader kekinian.
Pada tanggal 3 May 2021, harga saham SMDR mengalami kenaikan dari harga sebelumnya 292 menjadi 364 di hari itu. Ini kenaikan sebesar 24.65%.
B. Peningkatan PRDA pada 4 May 2021
Pada tanggal 3 May 2021, PRDA menerbitkan laporan keuangan Q1 2021 yang memuaskan. Pendapatan meningkat dari sebelumnya 391 miliar rupiah menjadi 625 miliar rupiah yang berarti peningkatan sebesar 59.8%.
PRDA juga berhasil meningkatkan laba perusahaan dari 34 miliar rupiah menjadi 158 miliar rupiah yang berarti peningkatan sebesar 3.64x.
Maka pada tanggal 3 May 2021, saya bilang ke teman trader saya itu bahwa besok PRDA akan lompat sekitar 5%. Tentu saja teman saya masih meragukan hal tersebut. Tampaknya kali ini saya kurang tepat, karena pada esok harinya tanggal 4 May 2021 PRDA meloncat hingga 12.27%.
Akhirnya setelah percobaan kedua, teman trader saya mulai membuka hatinya untuk menerima bahwa kinerja keuangan memang memiliki dampak terhadap pergerakan harga saham. Sebenarnya ada cerita lagi tentang BSSR, TBLA, RANC dan ITMG yang serupa. Tetapi agar tulisan ini tidak terlalu panjang, saya hanya berikan kedua contoh ini saja.
NB: Untu semua cerita lain yang saya maksudkan diatas tidak berarti saya berikan contoh saham yang naik. Seperti halnya RANC yang menerbitkan laporan keuangan Q1 2021 pada tanggal 7 May 2021 jam 11:34 dengan kinerja yang tidak sesuai harapan membuat harga sahamnya jatuh di sesi 2 pada hari yang sama.
Teman saya yang awalnya bebal ini akhirnya mau menerima kenyataan bahwa kinerja riil memang berdampak terhadap kinerja perusahaan.
By the way mohon jangan salah tafsir terkait tulisan ini, saya tidak ada berniat menjual group premium dan memberikan stockpick handal kepada anda. Sampai detik ini saya tidak mengelola group premium apapun atau memberikan rekomendasi stockpick apapun. Saya memiliki passion untuk memberikan anda kail pancing dan bukan ikan bakarnya kepada follower saya. Lalu kenapa ini screenshot chat via whatsapp, karena itu memang chat saya dengan salah seorang teman kuliah saya yang memiliki akses contact Whatsapp saya.
Jangan juga salah tafsir untuk melepaskan saham anda yang memiliki kinerja kuartalan jelek hanya dalam 1 kuartal saja. Anda bisa jadi kecewa seperti halnya orang yang dump saham ELSA karena Q1 jelek yang disebabkan penurunan penjualan yang besar. Padahal jika anda tanya corporate secretary nya, maka akan dijelaskan ada beberapa pengerjaan yang memang angka penjualannya belum dicatat di Q1 itu karena masalah waktu pengakuan pendapatan.
Sungguh bukan hal bijaksana jika kita hanya menggunakan kinerja riil perusahaan dalam 1 kuartal untuk bilang perusahaan ini adalah perusahaan yang jelek atau bagus.
Pertumbuhan Inflasioner
Topik yang mungkin akan menarik dibahas saat ini, karena beberapa hari lalu penurunan bursa US dikaitkan dengan peningkatan tingkat inflasi. Sungguh beruntung itu terjadi ketika bursa IHSG sedang libur panjang. Jika tidak saya yakin akan terjadi panic selling di IHSG esok harinya.
Setelah penurunan 2 hari bursa US yang dikaitkan dengan ketakutan kenaikan tingkat inflasi ini, akhirnya bursa US rebound bahkan sudah lebih tinggi dari penurunan karena ketakutan inflasi tersebut.
Inflasi berarti peningkatan harga produk secara kesuluruhan di sebuah negara. Kenapa harga produk bisa meningkat? Maka kita perlu kembali kepada konsep permintaan dan penawaran. Jika permintaan lebih banyak terhadap penawaran maka harga akan meningkat.
Ketika terjadi inflasi maka satu sisi terjadinya peningkatan permintaan. Peningkatan permintaan berarti peningkatan jumlah transaksi. Peningkatan jumlah transaksi artinya peningkatan pendapatan emiten. Peningkatan pendapatan emiten juga berarti peningkatan laba perusahaan.
Inflasi adalah sesuatu hal yang baik SELAMA tidak melonjak terlalu tinggi. Peningkatan harga akibat inflasi yang tidak terlalu tinggi masih bisa diterima oleh market. Apakah anda akan berhenti merokok, beli bensin, beli sembako karena harganya meningkat? Saya rasa anda tetap akan membeli itu semua bukan.
Tetapi jika inflasi meningkat dengan sangat tinggi, maka itu akan menurunkan daya beli masyarakat. Daya beli masyarakat turun maka jumlah transaksi turun. Jumlah transaksi turun maka pendapatan emiten turun. Pendapatan emiten turun maka laba perusahaan turun.
Selama peningkatan inflasi dalam hitungan sewajarnya maka itu justru merupakan sebuah indikasi positif. Walau market memang seringkali aneh, tanpa melakukan pengecekan dan akal sehat suka bersikap reaktif tidak logis. Tetapi biasanya itu hanya terjadi dalam jangka pendek, seperti apa yang terjadi pada bursa US kemarin.
Pertumbuhan Spekulatif
Ini adalah hal yang paling disukai oleh market. Coba saja anda bilang ke teman anda, jangan bilang – bilang ya emiten tambang emas ini akan diakuisisi sebentar lagi oleh konglomerasi besar. Kalimat jangan bilang – bilang ini menjadi seperti mantra yang berarti tolong sebarkan keseluruh penjuru negeri.
Setiap orang yang mendapatkan informasi jangan bilang-bilang menyebarkan kepada orang lain dengan kalimat jangan bilang-bilang juga. Lalu terbangun mindset bahwa saya memiliki informasi rahasia ring satu yang tidak diketahui orang lain, harga akan meledak dan saya akan meraih keuntungan besar.
Penyebaran isu spekulatif dengan teknik jangan bilang – bilang ini membuat banyak orang yang merasa dia memegang rahasia besar melakukan pembelian dan berharap meraih keuntungan cepat.
Hal ini juga terjadi pada tahun lalu ketika banyak sekali analis yang menjelaskan proyeksi keuntungan tidak masuk akal saham farmasi ataupun industry nikel yang akan kedatangan Elon Musk berinvestasi di Indonesia. Semua orang suka spekulasi, dan ketika spekulasi diterima oleh market memang benar harga bisa menanjak cepat dalam waktu singkat.
Hal paling jelek dari spekulasi adalah isu spekulasi ini belum tentu menjadi kenyataan. Seperti halnya kepercayaan diri yang begitu berlebih terkait investasi Elon Musk yang akan berinvestasi di Indonesia, yang pada akhirnya Elon Musk lebih suka mencicipi kari India dibandingkan rendang khas Indonesia.
Faktor apa yang paling ampuh sebagai penggerak harga saham?
Harus saya akui, market paling senang dengan faktor pertumbuhan spekulatif. Tetapi satu sisi itu adalah hal yang paling berisiko.
Saya pribadi selalu mengutamakan memilih perusahaan dengan basis faktor pertumbuhan kinerja riil. Perusahaan yang memiliki kinerja riil yang baik dan growth yang baik akan selalu bisa mengambil keuntungan ketika pertumbuhan spekulatif terjadi dan biasanya ketika hidden gem ter-unlock maka pertumbuhan spekulatif akan terjadi dengan sendirinya.
Sebagai contoh MMLP, sebuah saham asset play sangat menarik yang anda bisa beli di tahun lalu bahkan hingga dibawah harga 150. Sempat stuck cukup lama dibawah harga 200 dan ketika REITS mulai lebih jelas realisasinya maka harga saham terus berangsur menguat. Bahkan cukup kaget jika kita lihat saat ini saham MMLP dijadikan rekomendasi trading oleh beberapa penjual stockpick trading. Sebuah hal yang tidak akan anda bayangkan itu terjadi pada tahun 2020.
Faktor pertumbuhan kinerja riil adalah sesuatu yang paling powerful menurut saya dibandingkan faktor lain. Tetapi memang tidak dipungkiri kedua faktor lain memang dibutuhkan untuk kita bisa mendapatkan kenaikan harga saham dengan nilai yang signifikan.
Salam,
Thomas William