10 Agustus 2025: ADHI menjadi mitra Dual Feed Proyek Abadi LNG

Dual-FEED Proyek Abadi LNG merupakan proyek besar bernilai milyaran dolar yang dijalankan oleh operator INPEX, asal Jepang, di Blok Masela, Indonesia.
Blok Masela sudah banyak dibahas melalui catatan IG @joeliardisunendar, yang memiliki kapasitas (puncak) produksi 9.5 juta LNG per-tahun (MTPA) dan 150 juta kaki kubik standar per-hari (MMSCFD) gas melalui pipa. Hal ini yang ikut mendorong JSP mulai memasukkan energy stocks di Core Stocks Juli kemarin.
Untuk memastikan hasil terbaik untuk fasilitas darat yang sangat penting, INPEX menggunakan pendekatan kompetitif “dual-FEED”. Ini berarti dua konsorsium terpisah melakukan desain rekayasa awal (Front-End Engineering Design/FEED) secara paralel. Dengan Dual-Feed contract ini, nantinya hanya satu yang akan dipilih untuk melanjutkan kontrak EPC (Engineering, Procurement, and Construction) yang jauh lebih bernilai. EPC akan menjadi game changer bagi peserta konsorsium yang menang.
Ada dua tim utama yang memperebutkan proyek ini, masing-masing dengan komposisi yang unik:
A. Konsorsium yang Dipimpin oleh KBR (AS), dengan anggauta Samsung E&A dan Adhi Karya.
KBR merupakan perusahaan teknologi dan rekayasa global yang dikenal dengan model bisnis berintensitas modal rendah (capital-efficient) dan keahliannya dalam proyek-proyek skala besar. Revenue hampir sekitar $ 8 Milyar (tahun fiskal terakhir, yang berakhir 3 Jan 2025), dan laba operasi $ 554 Juta, dengan hanya memiliki Fixed Assets (Net Property, Plant And Equipment) kurang dari $ 500 Juta.
Samsung E&A (Korsel) adalah perusahaan rekayasa dan konstruksi global besar, yang memiliki kemampuan eksekusi EPC yang baik. Dalam kontrak EPC untuk proyek gas di Saudi Arabia, senilai $ 6 Milyar, Samsung E&A keluar sebagai pemenangnya. Market Cap-nya saat ini, KRW 5.2 Trilyun. Secara YTD saham Samsung E&A naik 59.8%, jauh lebih baik dari KOSPI Index yang “hanya” naik 33.7% secara YTD.
PT Adhi Karya, kita tahu menjadi salah satu Karya Brothers, yang batuk-batuk dengan berbagai proyek besar zaman Jokowi. Market Cap-nya dalam 4 tahun ini, sudah rontok sekitar 85%. Dengan Market Cap Rp 2.1 Trilyun, dan Enterprise Value Rp 9.2 Trilyun (Kas Rp 1.5 Trilyun dan Hutang Rp 8.6 Trilyun), bisa merupakan indikasi dari besarnya hutang berbunga emiten ini. Namun, dengan modal Rp 9 Trilyun, dan kemampuannya untuk melunasi sebagian obligasinya tahun 2025 ini (Rp 1.4 Trilyun), emiten ini bisa dianggap mulai keluar dari tekanan besarnya. Kemitraan ini sangat penting bagi Adhi Karya, dengan beban utang tinggi dari proyek-proyek infrastruktur lain sebelumnya.
Memenangkan kontrak FEED saat ini, jika bisa dilanjutkan dengan kontrak EPC (saat ini masih sangat terlalu awal) akan menjadi pengubah permainan bagi kesehatan keuangannya dalam jangka panjang. JSP tidak mengetahui, apakah hal ini yang telah mendorong rombongan Direksi ADHI bulan lalu ikut melakukan pembelian saham perusahaan tempat mereka bekerja.
B. Konsorsium yang Dipimpin oleh JGC (Jepang), melalui PT JGC Indonesia – dengan satu anggauta, Technip Engineering Indonesia.
JGC adalah raksasa LNG global. JGC yang berasal dari negara yang sama dengan INPEX (operator Blok Masela), merupakan pesaing tangguh dengan kehadiran yang memiilki akar kuat dan pengalaman luas di Indonesia, termasuk pengerjaan proyek Tangguh LNG.
PT Technip Engineering Indonesia, merupakan anak perusahaan lokal dari Technip Energies (Perancis). Kemitraan ini menggabungkan keahlian dua perusahaan rekayasa global, yang keduanya beroperasi sebagai entitas lokal melalui anak perusahaan mereka, JGC (Market Cap, ¥ 327 Milyar) dan Technip Energies (Euro 7 Milyar). Sama seperti saham Samsung E&A, saham Technip Energies juga naik cukup tinggi secara YTD, sekitar 54%. Lebih baik dari CAC 40 Index, yang hanya naik kurang dari 5%.
Dual-FEED adalah kompetisi berisiko tinggi. Kedua konsorsium saat ini sedang melakukan pengerjaan rekayasa dan desain terperinci secara bersamaan. Proses ini dirancang untuk, a) Dapat menghasilkan desain yang paling layak secara teknis dan hemat biaya untuk INPEX, serta b) Mitigasi risiko dengan memiliki dua rencana independen
Langkah ini, bisa mendorong persaingan ketat, serta menghasilkan hasil yang lebih baik bagi pemilik proyek. Nilai kontrak FEED itu sendiri hanya sebagian kecil dari total biaya proyek.
Hanya sekedar contoh saja, misalnya, bagian Samsung E&A bernilai sekitar $26 juta untuk kontrak FEED di Blok Masela ini. Hadiah berharga sesungguhnya adalah kontrak berikutnya, dalam bentuk EPC – yang atas dasar perkiraan total investasi proyek sekitar $20 miliar – diperkirakan akan mencapai puluhan miliar dolar.
Memenangkan kontrak EPC – jika FEED yang dimenangkan-nya saat ini dipilih oleh INPEX – akan menjadi “pengubah permainan” (game changer) yang signifikan, mendorong pendapatan dan keuntungan besar selama bertahun-tahun dan memperkuat posisi KBR, Samsung E&A, JGC dan Technip sebagai pemain terkemuka di pasar LNG global – terutama di pasar Asia yang sedang berkembang.
Bagi PT Adhi Karya, hal Ini adalah langkah strategis yang sangat penting. Jika setelah kontrak FEED, konsorsiumnya dengan KBR dan Samsung E&A bisa dilanjutkan dengan kemenangan dalam kontrak EPC, keberhasilan ini akan memvalidasi kemampuannya di luar proyek infrastruktur pemerintah tradisional.
Hal ini juga dapat memberikan jalur keuangan yang vital untuk mengelola beban hutangnya yang signifikan. Dengan kata lain, jika kontrak FEED ini bisa diikuti kontrak EPC, peristiwa ini dapat memiliki potensi transformatif bagi salah-satu anggauta dari Karya Brothers ini.
BIKE – 30 JULI 2025
Bisnis Global

Indonesia masih beruntung, tidak ada orang yang bisa melenggang di pusat perkantoran, dengan membawa senjata laras panjang, dan berniat membunuh orang, seperti terjadi di Park Avenue, Midtown Manhattan, New York.
Asia Is the Future of Global Market
Dalam 2 dekade terakhir, terjadi pergeseran seismik dalam pangsa pasar pengelolaan dana global (AUM). Global Fund Manager yang tidak melihat Asia akan ditinggalkan oleh pasar global.
2025
Global AUM $36.5T

20 tahun yang lalu, di tahun 2005, Asia Pacific masih “anak bawang”. AUM-nya tidak sampai $1T.
Global AUM $151.2T (CAGR 5%)

Tahun 2025, AUM Asia Pacific (ex-Australia & Jepang) sudah lebih besar dari AUM kawasan Eropa.
Sumber Data: Boston Consulting Group. Data dalam Triliun Dollar. Data Asia Pacific tidak termasuk Australia dan Jepang.
Makro
Berapa umur Anda saat Indonesia bisa keluar dari jebakan MIT?
LAW OF 72 – GDP PER KAPITA

Dengan pertumbuhan 8%, Indonesia bisa keluar dari jebakan MIT tahun 2039 (≈14 tahun lagi). Dengan 5%, terjadi pada tahun 2048 (≈23 tahun lagi). Asumsi World Bank tidak menaikkan batas patokan angka MIT.
*) Proyeksi Menkeu atas dasar proyeksi pertumbuhan GDP 2025. Bisa direvisi di tahun-tahun berikutnya.
Keuangan
Earnings Season
UBSG
Net Income, $2,4 Miliar, lebih besar dari estimasi ($2,21 Miliar). EPS, $0,72, naik 111,7% (yoy). Untuk 6 bulan ini, EPS naik 43%. Aset meningkat 7%, menjadi $1,65 Triliun. Underlying Cost/Income Ratio 75%. Global Wealth Management mencatat dana masuk $54,8 Miliar. Rencana shares buy back sampai $2 Miliar akan diteruskan di Sm-2/2025. Hold di Core Stock.
BBCA
Total Pendapatan (3 bulan, Q2), Rp 24,95 Triliun, naik 2,4% dari Q1/2025. Untuk 6 bulan, Pendapatan Sm-I/2025, naik 7% (yoy). Terjadi penurunan pertumbuhan di Q2/2025 dibanding pertumbuhan di Q1/2025. Pertumbuhan pendapatan di Sm-I, 7%, lebih kecil dari pertumbuhan beban bunga dan syariah, 8,8%. Beban kerugian penurunan aset, naik 43%. EPS naik 7,8% (yoy) ke Rp 235. Angka kenaikan ini juga menunjukkan tren penurunan pertumbuhan EPS. Di Q1/2025, EPS BBCA masih tumbuh 10,5%. Hold di Core Stock.
MSFT
Post-trading, MSFT naik sekitar 8%, yang didorong oleh kenaikan Laba dan Revenue yang lebih baik dari estimasi. EPS naik $3,65 (angka estimasi $3,37), naik 23,7% (yoy). Revenue, $76,4 Miliar (estimasi $73,9 Miliar), naik 18,1% (yoy). Azure menjadi bintang, tumbuh 39% (yoy). Full Year (tahun fiskal MSFT ditutup setiap akhir Juni), laba mencapai $101 Miliar. Hold di Core Stock.
BIRD
Sales untuk 3 bulan Q2/2025, Rp 1,39 Triliun, naik 51% dari Q1/2025. Sales Sm-I, Rp 2,67 Triliun, naik 14,7% (yoy), turun sedikit dari pertumbuhan yang terjadi di Q1/2025, 16,1% (yoy). Gross Margin membaik (33,2%) dibanding tahun lalu (31,7%). EPS tumbuh 27,6%. Dengan PEG Ratio sekitar 0,3×, BIRD bisa diakumulasi di bawah harga Rp 2.000.
Investasi
Artificial Intelligence
AI tidak hanya perlu chips, tetapi juga energi. “One of the biggest issues for data centers now is where you can get the power,” kata Acconcia, partner Arclight PE, kepada WSJ. Dalam 6 bulan ini nilai investasi terkait natural gas plant mencapai $49,15 miliar. Meningkat tajam dari tahun lalu ($4,34 miliar, data Enverus).
Edison Electric Institute: “utilities will invest nearly $203 billion each year in 2025 and 2026”

Who Pays? AI Boom Sparks Fight Over Soaring Power Costs
Data Centers di negara bagian Virginia, salah satunya milik Amazon (gambar), melayani “70% of the world internet traffic”. Transformasi AI mendorong US Big Techs membangun AI data centers. CapEx AMZN, GOOG, dan MSFT tahun 2025 ini mencapai $265 miliar. Ketiga perusahaan ini juga akan membangun infrastruktur AI-nya di Indonesia. Jadi, bisa mulai ditanyakan: Siapa yang akan menjadi partner lokalnya? Siapa yang akan memasok energinya? Di lahan properti siapa mereka ini akan membangun infrastrukturnya?
Migas (Stabroek vs Indonesia)

Ladang Stabroek di Guyana telah mengubah Guyana. Pendapatan dari minyak meningkat 60× lipat dalam lima tahun terakhir.
Kenaikan ini telah meningkatkan GDP/kapita Guyana menjadi 5× lipat ($33.000) dalam lima tahun ini.
Dengan cadangan 11 milyar BOE, valuasi Stabroek mencapai $53 milyar*.
Cadangannya tidak sebesar Stabroek (11 milyar BOE/barrel oil equivalent). Menurut emiten (Gb 2) “a potential billion-barrel equivalent”. Valuasinya tidak $53 milyar, tetapi di bawah $50 juta.
Ini bukan di Guyana, melainkan di Indonesia


Bedanya dengan Stabroek, yang sudah produksi, ladang MicroCap ini, selain yang di Kruh Block, masih belum sampai tahapan produksi. Selain itu, pengendali Stabroek (Exxon, Chevron, dan CNOOC) dipastikan memiliki kantong tebal. Lain halnya dengan pengendali MicroCap ini. Mereka diperkirakan tidak memiliki kemampuan dana yang memadai untuk bisa merealisasikan potensi cadangan migas yang dimilikinya. Pengendali pasti harus mencari Big Boys.

Ini bukan investasi, tetapi lebih merupakan spekulasi. Oleh sebab itu, jangan alokasi lebih dari 1% dana di portfolio. Jika proses dari eksplorasi ke eksploitasi gagal, hilangnya dana tidak harus membuat Anda susah.
Emiten akan memerlukan dana ratusan juta dollar untuk dapat beralih dari tahap eksplorasi ke tahap konstruksi dan produksi.
Jika ada big boys yang berminat berpartisipasi, double atau triple digit return bukan hal mustahil. Sebaliknya, jika tidak didukung big boys, pengendali emiten ini tidak memiliki kemampuan dana memadai — dan cadangan migas yang besar itu hanya berhenti di atas kertas. Tidak bisa dilakukan monetisasinya, dan hasil emiten ini akan berwarna merah. Prosesnya akan berjalan bertahun-tahun.
The choice is yours.
Opportunity di Emiten BEI
Dalam 5 tahun ini (2020–2024), sektor dari emiten ini menjadi sektor terburuk di BEI. Sektor yang paling merana ini turun lebih dari 40% — 2× lipat angka penurunan sektor ke-2 terburuk. Hal ini bisa memberi gambaran ekstrimnya penurunan yang terjadi di sektor ini dalam 5 tahun terakhir.

Kinerja buruk sektor ini berbeda dengan kinerja usaha emiten ini. Dalam 5 tahun, CFO yang dihasilkannya mencapai Rp 12,3 Triliun. Tidak heran kalau posisinya Net Kas dan bisa melakukan tender offer obligasinya dengan harga di bawah Par. Emiten ini berbeda dari koleganya. EBITDA margin dari “recurring revenue”-nya 88%, Hermes dan Nvidia saja “hanya” 70,3% dan 75%.
Merananya sektor ini membuat valuasinya hanya setara PER < 8×, dengan cash operating yield 16%, PBV < 1×, dan PEG Ratio < 1×.
Waktunya memasukkan lagi small-cap di sektor yang paling merana di BEI ini. Sebelumnya emiten ini sudah berulang-kali keluar masuk, dan memberikan return cukup baik.
Harga saat ini, yang jauh di bawah harga saat dilakukan profit-taking, menjadi anomali dengan langkah BI yang mulai berani menurunkan bunga.
Thesis investasinya sudah diposting di website jsportfolio.id
BIKE – 20 Juli 2025
Cover Story
Kemenangan Chevron atas ExxonMobil mengangkat kembali nama negara kecil yang telah berubah menjadi sebuah Petrostate baru.
Bisnis Global
Akuisisi ini menjadikan Chevron memiliki 30% interest di ladang Stabroek — yang merupakan salah satu ladang migas terbesar dunia. Sejak 2015, terdapat 30 penemuan besar di Stabroek offshore, dengan perkiraan total cadangan mencapai sekitar 11 Miliar BOE.
2015: MENGUBAH SEGALANYA
ExxonMobil menemukan ladang minyak raksasa di Stabroek Block — di lokasi offshore Guyana, dengan perkiraan cadangan migas mencapai sekitar 11 Miliar BOE (barrel oil equivalent).
Ladang yang ditemukan di tahun 2015 itu, produksinya dimulai di tahun 2019. Sejak 2021, ekspor minyak Guyana meningkat dengan pesat.
Exxon memperkirakan produksi minyak dari Stabroek Block pada tahun 2027 bisa mencapai 1,7 Juta boepd — dari 1,2 Juta boepd di tahun 2025 ini. Dengan konsumsi minyak Guyana sekitar 20.000 boepd, praktis hampir semua produksi dari Stabroek diekspor. Pendapatan Guyana dari minyak naik 60× lipat dalam 5 tahun terakhir. GDP naik dari $5.960 di tahun 2015, menjadi $33.000 di tahun 2024 (data IMF).
Makro
Berkah migas ini telah menjadikan Petrostate baru — dengan penduduk 800.000 ini — berhasil mencatat pertumbuhan tercepat di dunia. Dalam 5 tahun ini GDP-nya tumbuh dengan angka 25% per tahun. Dalam 5 tahun, produksi minyak naik 60× lipat.
Dulu, siapa peduli pada Guyana, satu negara kecil yang terletak di kawasan Amerika Selatan? Guyana, namanya kalah kondang dari negara tetangganya, seperti Brasil atau Venezuela.
Dulu, Guyana merupakan salah satu negara termiskin di Amerika Selatan. Dengan jumlah penduduk 800.000, GDP sekitar $4,55 miliar — setara GDP per kapita $5.960 di tahun 2015. (Data World Bank)
GDP per kapita Guyana naik 5× lipat lebih dalam 10 tahun terakhir ini, ke angka $33.000. Untuk bisa memberi perspektif (bukan untuk apple-to-apple comparison), pada tahun 2015 lalu, GDP per kapita Indonesia $3.300. Tahun ini diduga dapat mencapai angka $4.500.
GDP per kapita Guyana tahun ini bisa mencapai hampir $40.000 — sudah lebih besar dari Italia (Di 2024, Italia: $34.000).
Selain menjadi negara dengan pertumbuhan GDP tercepat di dunia, Guyana juga menjadi negara dengan angka ekspor minyak per kapita ke-3 tertinggi di dunia. Meningkatnya kesejahteraan rakyat Guyana yang sangat tajam ini niscaya memicu peningkatan demand berbagai barang industri dan konsumsi — tidak lagi hanya terbatas di oil sector. Sejauh ini, JSP belum mengetahui apakah ada emiten BEI yang saat ini telah menjajagi peluang besar yang ditawarkan Guyana.
Menjadi PetroState seperti Brunei atau Saudi Arabia? #kaburdulu
Selain bisa menawarkan peluang untuk berbagai barang dari Indonesia, mereka yang memilih #kaburdulu, serta memilih Guyana ini, ada baiknya tidak membayangkan PetroState Guyana ini seperti Saudi Arabia, PetroState di Timur Tengah. Guyana skalanya lebih mirip Brunei, PetroState di Asia. GDP per kapita Brunei, tahun 2024 sekitar $30.000 — dengan jumlah penduduk 500.000. Sementara Saudi Arabia, meskipun GDP-nya di bawah Guyana ($25.000, 2024), produksi minyaknya telah mencapai 9,6 juta boepd. Penduduknya 35 juta orang.
Analisis
COMMODITY CURSE
Mudah-mudahan Guyana (begitu juga Indonesia) bisa terhindar dari “commodity curse” — yang justru membuat rakyatnya tidak sejahtera.
Dengan harga akuisisi Hess, $53 Miliar (yang memiliki 30% Stabroek, dengan cadangan 11 Miliar BOE), berapa nilai 100% Stabroek yang minyaknya baru akan habis dalam 40 tahun ke depan?
Selain Stabroek, Hess juga memiliki sejumlah ladang migas lainnya.
Kontribusi Stabroek atas total Revenue Hess sekitar 65%. Dengan demikian, harga akuisisi Hess $53 Miliar itu, untuk 30% interest di Stabroek, setara $34,5 Miliar. Dengan perkataan lain, nilai 100% Stabroek dengan cadangan 11 Miliar BOE itu nilainya $115 Miliar.
Guyana, meskipun memiliki cadangan yang besar, tidak memiliki kemampuan untuk memanfaatkan kekayaan yang tersembunyi di dalam tanahnya. ExxonMobil, Hess/Chevron, dan CNOOC China menjadi pihak yang dapat merealisasikan kekayaan Guyana itu.
Investasi
Satu micro cap energy stock (Market Cap di bawah $50 Juta), meski memiliki ladang migas dengan perkiraan cadangan 1 Miliar BOE di Jawa Barat, diperkirakan juga tidak memiliki kemampuan untuk merealisasikan cadangan yang besar itu. Pada saat mulai masuk tahap eksploitasi, pasti microcap itu harus mencari dan mengajak Big Boys untuk memonetisasi cadangan besar itu.
BIKE – 28 Juli 2025
Bisnis Lokal

INVESTASI BARU 5 PERUSAHAAN ASAL AMERIKA DI INDONESIA
BERNILAI SEKITAR $23 MILYAR
Sementara investor asing di pasar saham masih mencatat neto jual sekitar Rp 60 Triliun (ada kemungkinan angkanya hari ini bisa berkurang) — 5 perusahaan asal Amerika menyatakan akan menanamkan dana investasi sekitar $23 Miliar.
ExxonMobil yang dikalahkan Chevron di Guyana, memilih Indonesia untuk bisnis Carbon Capture-nya, dengan investasi senilai $10 Miliar. AI menjadi fokus tiga US Big Techs, dengan investasi total $12,7 Miliar. Oracle untuk Data Centre, AMZN untuk AI Infrastructure dan MSFT untuk membangun Azure AI hubs.
Mereka tentu perlu partner lokal untuk membangun bisnisnya di Indonesia. Baik perusahaan yang bisnisnya memang ada di sektor terkait, maupun yang bisa menawarkan peluang “cangkul dan sekop”.
Calon partner lokal Exxon mungkin lebih jelas. Namun, AI tidak hanya perlu chips Nvidia. AI perlu data centers yang lebih banyak. Data centers perlu lahan yang memadai, dan perlu energi yang lebih banyak. Tidak heran jika Exxon memilih Indonesia, dan 2 proyek ladang gas raksasa di Blok Masela dan di Andaman Sea, proyeknya akan mulai berjalan.
Mustahil berbicara pertumbuhan GDP di atas 5%, sementara pembentukan modal tetap bruto (PMTB) di Q1/2025, angkanya hanya 2.1% (Gb 2 – IG, 4 Juli 2025).
Adanya investasi baru kelima perusahaan Amerika ini, bisa menjadi kabar baik. Indonesia tidak akan terus berada di luar radar.
Makro

Bukti Ironis Masih Ogahnya Asing Melirik Indonesia.
Entah mengapa kok BlackRock dan Bloomberg malah memakai Malaysia sebagai contoh negara Asia yang 10 yr Bond yield-nya turun cukup besar sejak “Liberation Day” — bukan Indonesia.
10 yr yield Indonesia turun lebih besar, 38 bp. Angkanya lebih besar dari Malaysia, 24 bp, maupun Italia, 33 bp, negara Eropa dengan penurunan yield terbesar sejak “Liberation Day”.
Di BEI, ogahnya asing tampak dalam posisi Net Jual-nya yang hampir Rp 60 Triliun saat ini. Tidak adanya perhatian asing is a good thing. Not a bad thing. Harga menjadi lebih wajar.
“Hilangnya” nama Indonesia dari radar investor asing di bursa, is a Good thing – not a Bad thing.
Optimisme Prabowo tentang GDP Indonesia
Pemimpin setiap negara tentu harus bisa menjaga semangat dan optimisme rakyatnya. Namun, entah dari bisikan siapa, di St. Petersburg itu Prabowo merasa yakin bahwa GDP di Sm I/2025 bisa tumbuh 5%, dan akhir tahun 2025 bisa 7%.
Siapa rakyat yang tidak mau melihat optimisme pemimpinnya seperti itu? Tetapi ada baiknya menyimak apa yang terjadi. Misalnya seperti dikatakan MenKeu di DPR saat membahas APBN kemarin, bahwa: a) Pembentukan Modal Tetap Bruto di Q1/2025 hanya 2,1%, b) Dia juga minta izin untuk tidak memakai SIAL (Sisa Anggaran Lebih), Rp 85,6 Triliun.
Tentu kita sudah tahu, hilangnya hak atas dividen BUMN karena diambil Danantara menjadi salah satu faktor tekornya penerimaan pemerintah.
Bagaimana mungkin GDP bisa tumbuh lebih tinggi jika PMTB hanya tumbuh 2,1%? PMTB Indonesia, sekitar 29%-an dari GDP, menjadi komponen terbesar kedua GDP, setelah Konsumsi Masyarakat (54%), dan lebih besar dari komponen Belanja Pemerintah (7,7%), serta Net Ekspor (1,8%).
Pertumbuhan PMTB di Q1/2025 itu lebih kecil dari angka Q1/2024, 3,78%, maupun FY 2024, 4,61%. Kita juga sudah mengetahui, di Q1/2025, GDP hanya tumbuh 4,87%.
Investasi

Waktunya buat memasukan saham energi di BEI menjadi Core Stock
Langkah 3 Big US Tech companies masuk di Indonesia, untuk mengantisipasi transformasi AI, mendorong JSP untuk melakukan realokasi di Core Stocks. Transformasi AI tidak hanya memerlukan chips dari NVDA saja. AI juga perlu AI Data Centers, yang sangat haus akan energi. Energy is the new currency. Sudah waktunya ada energy stocks di Core Stocks.
Sebelum Buffett menyatakan pensiun jadi CEO Berkshire, dia memangkas berbagai saham di Equity Portfolio-nya — termasuk saham AAPL. Hal yang berbeda dia lakukan di saham Occidental/OXY. Dia terus mengakumulasi OXY ini hampir pada setiap kuartal. Akumulasi yang dilakukan Buffett menjadikan Berkshire saat ini menjadi pemegang saham terbesar di perusahaan penghasil migas ini, setara 26,92% dari total saham.
Adanya common shareholder di 3 AI-related stocks di BEI menambah katalis pada satu saham energi di BEI ini.
Namun begitu, pertimbangan utamanya tetap berasal dari margin of safety-nya yang tinggi — dengan PE sangat wajar dan dividend yield-nya yang tinggi. Kedua faktor itu juga disertai tingginya prospek pertumbuhan kedua emiten BEI ini di masa-masa mendatang.
Karena alokasi di core stocks sudah penuh (100%), masuknya 2 anggota baru ini harus disertai dengan pengurangan bobot stocks yang sudah ada di Core Stocks saat ini.
Kenaikan yang terjadi di BEI saat ini bisa dimanfaatkan untuk menjual dan mengurangi bobot saham yang ada — agar terdapat ruang yang cukup untuk dua anggota baru Core Stocks ini.
Catatan lengkap mengenai hal ini telah diminta untuk diposting di website. Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan menghubungi langsung DM @jsportfolio.id
Refleksi & Kutipan

But, in the AI ChatGPT era
Kindle your questions bright — truth loves a worthy light.
The river of truth flows only where questions carve their banks.
Usahakan membuat ChatGPT, Grok, DeepSeek atau Gemini sering mengucapkan “minta maaf karena melakukan kesalahan” (Gb 2).

Semakin sering mereka minta maaf, semakin baik. Membuat mereka bisa lebih berhati-hati menjawab setiap pertanyaan Anda, dan mengatakan: “You asked well”.
Pertanyaan yang baik, menjadi awal untuk mendapatkan jawaban yang baik.
